Kamis, 09 November 2023

Naya

Bagian 2

Saya Temen Deket Naya


"Kamu pindah ke depan.. Aku bukan sopirmu.." kata Brama.

Memang Naya masih duduk di belakang, karena Naya merasa lebih nyaman duduk di belakang.

"Tidak usah. Saya turun di sini saja.." tolak Naya.

"Tolong bukain pintunya.." pinta Naya.

Brama keluar dari pintu kemudi, kemudian membuka pintu belakang.

"Kamu tetap saya antar. Duduk di depan.. Keburu semakin malam.." kata Brama sambil membukakan pintu depan untuk Naya.

Dengan malas, Naya keluar dan pindah ke depan. Duduk di samping Brama.

"Pakai seat belt-nya, biar aman..." kata Brama mengingatkan Naya yang belum memasang sabuk pengaman.

"Apa perlu aku yang memasangnya?" tanya Brama karena Naya tak kunjung memasang seat belt-nya.

"Iya, iya.." sahut Naya.

Tak lama kemudian, Brama melajukan mobilnya. Tak ada suara apapun. Suasana hening.

"Kenapa kamu mau dijodohin, Nay?" tanya Brama memecah keheningan.

"Karena pilihan orang tua tak akan pernah salah. Tak akan pernah menjerumuskan anaknya.." jawab Naya.

"Lalu bagaimana kalau ternyata pilihan orang tua tak bisa membahagiakan kamu?" tanya Brama lagi.

"Saya yakin akan bahagia. Setidaknya saya membahagiakan orang tua saya.. Tak mengecewakan mereka.." jawab Naya.

"Sudah. Saya turun di depan saja.. Saya nanti naik ojek tidak apa-apa.. Di sana ada banyak tukang ojek.." pinta Naya lagi.

Tak ada tanggapan apapun dari Brama. 

"Tadi kamu cerita kos-mu di daerah X. Kebetulan dekat rumah temanku. Masih jauh. Tidak aman kalau kamu pulang sendiri.." kata Brama.

Naya menghela nafas. Merasa sebal kepada kekasih sahabatnya itu.

"Tidur saja kalau kamu ngantuk. Ini masih satu setengah jam perjalanan, kan? Nanti aku bangunin kalau sudah sampai.." lanjut Brama.

Naya memang sudah ngantuk. Lelah karena pagi tadi kuliah, kemudian kerja paruh waktu di tempat usaha kecil-kecilan miliknya. Kemudian ikut acara pesta ulang tahun Rara, sahabatnya.

Tak lama kemudian Naya tertidur dalam perjalanan menuju kos-nya. Nyenyak.

Brama tersenyum menatap Naya yang tertidur di sampingnya. Dia merasa heran sekaligus kagum dengan Naya, dengan cerita dia yang jauh lebih muda tetapi sudah memiliki calon suami. Dan itu hasil perjodohan. Sementara dia, masih memilih menghindar dari hal aneh seperti itu.

***

Brama fokus pada jalanan yang sudah lumayan sepi. Tinggal dua kilo meter kira-kira baru sampai lokasi kos Naya.

Memang tak disangka ternyata kos Naya dekat dengan rumah Anton , sahabatnya yang seorang dokter. Jadi dia mudah untuk menemukan kos Naya tanpa membangunkannya.

Beberapa menit kemudian mobil Brama telah sampai di lokasi kos Naya. Setidaknya dia tahu ciri-cirinya dari Naya tadi sebelum sampai rumah Sarah.

Dipandanginya wajah Naya, terlihat lelah. Brama tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menunggu sampai Naya bangun dengan sendirinya.

Satu jam kemudian, Naya terlihat membuka matanya. Wajah bantalnya terlihat manis, menurut Brama.

"Sudah bangun? Ini sudah sampai depan kos-mu.." kata Brama.

"Oh, iya. Terima kasih.." ucapan Naya.

Kemudian Naya turun dari dalam mobil Brama, dan memencet bel pintu gerbang kos-nya. Brama mengikuti Naya, memastikan Naya masuk kos dengan aman.

"Baru pulang, Nay? Jam berapa ini?" tanya seorang ibu dari dalam gerbang. 

Sudah dapat dipastikan, ibu itu adalah ibu kos Naya. Beliau terlihat tegas.

"Iya, Bu. Maaf saya kemalaman.." kata Naya.

"Ini baru jam..." jawab Naya seraya melihat jam tangannya.

"Ya Allah, sudah jam 12 malam. Seharusnya saya sudah sampai jam 11.. Maaf, Bu.." lanjut Naya.

"Iya. Baru jam 12 malam kok, Nay.. Tadi sebenarnya jam 11 sudah sampai, tetapi saya tidak tega bangunin kamu.." ujar Brama.

Ibu kos menggelengkan kepalanya. Sementara Naya merasa kesal setelah tahu bahwa dia ternyata sudah sampai sejak satu jam yang lalu.

"Ya sudah. Masuk.. besok lagi jangan terlalu malam lagi pulangnya.." lanjut ibu kos.

Naya menganggukkan kepalanya.

"Dia siapa, Nay?" tanya ibu itu sambil menatap Brama sebelum mengajak masuk Naya.

"Saya teman dekatnya Naya, Bu.. " jawab Brama sambil tersenyum.

Naya melotot mendengar jawaban Brama. Sementara Brama tersenyum kecil melihat ekspresi Naya. 

"Oh.. Dia Brama, Bu. Kekasih Sarah.. Tadi saya nunut pulangnya.." jelas Naya.

Ibu kos Naya tersenyum melihat tingkah mereka.

"Ya sudah, sekarang kamu masuk kamar.. Sudah tengah malam.." kata ibu kos.

"Karena tugas saya sudah selesai, saya pamit pulang ya, Bu.. Marahi dia kalau sering pulang malam.." pamit Brama setengah menggoda Naya.

Naya sebal sekali mendengar ucapan Brama. Tapi dia hanya diam, tak menanggapinya sama sekali.

"Terima kasih, nak. Hati-hati pulangnya.." kata ibu kos.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar