Sabtu, 11 November 2023

Naya

Bagian 4

"Ya, Bu.. Naya Akan Pulang"


"Nay, Ra.. Brama putusin aku..." tulis Sarah di grup WA.

Setelah itu dikirim banyak emoticon menangis. Sarah masih di resto, menenangkan pikiran dan hatinya. Sementara Brama sudah pamit pulang duluan.

Masih hening. Tak ada balasan dari dua sahabat terbaiknya itu. Mungkin dua sahabatnya sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah.

Akhirnya Sarah pulang. Dia menuju parkiran motor. Segera Sarah melajukan motor kesayangannya sambil menangis di sepanjang perjalanan.

Pertemuan yang diharapkan menyenangkan dan membahagiakan, ternyata harus berakhir dengan kesedihan dan tangisan. Sarah melajukan motornya menuju kos Naya, tempat teman-temannya janjian mengerjakan tugas.

Dua puluh menit kemudian Sarah telah sampai di kos Naya. Dia memarkir motornya sembarangan di luar kos Naya.

Sarah segera menuju kamar Naya. Lalu mengetuk pintu kamar Naya.

"Nay, Ra..." kata Sarah sambil mengetuk pintu kamar Naya. Suaranya parau karena menahan tangis.

Naya membuka pintu kamarnya.

"Kenapa, Sar? Kenapa kamu nangis?" tanya Naya.

"Brama putusin aku, Nay..." kata Sarah sambil memeluk Naya. Tangisnya pecah lagi di pelukan Naya.

"Apa? Dia putusin kamu?" sahut Rara.

Sarah tak menjawab pertanyaan Rara. Dia semakin menangis tersedu-sedu di depan dua sahabatnya itu.

"Sudah, Sar.. Berarti dia bukan orang yang baik untuk kamu.." kata Rara menghibur Sarah.

"Apa perlu aku kasih pelajaran buat si Bram itu?" lanjut Rara.

Rara geram sekali mendengar sahabatnya diputus tanpa ada alasan apapun. Sementara Naya masih terus memeluk Sarah.

***

"Nay, kamu pulang ke rumah ya. Bapak dan ibu mau kamu ketemu dengan anak teman bapak.." 

Sebuah pesan masuk di handphone Naya malam itu. Naya menarik nafas panjang. Tak mungkin dia mengecewakan bapak dan ibunya. Meski itu akan membuat dirinya kecewa dan tak bahagia.

"Ya, Bu.. Naya akan pulang Jumat ini.." balas Naya.

Tak berapa lama terdengar panggilan telepon di handphone-nya. Tertera nama ibunya.

"Halo, Bu.. Iya, Naya akan pulang besok Jumat.." kata Naya begitu mengangkat telepon ibunya.

"Naya.. Assalamu'alaikum dulu, nak.." sahut ibu di seberang.

"Hehe, wa'alaikumsalam ibu..." kata Naya.

"Jam berapa kamu pulangnya?" tanya ibunya.

"Mungkin agak siang, Bu.. tergantung jadwal kuliah Naya.." jawab Naya.

"Ini ibu dan bapak sudah janjian sama teman ibu bapak jam lima sore. Di resto seafood dekat kantor bapak.."

Hening sejenak. Naya tak tahu harus berkata apa.

"Halo, Nay.." kata ibu di seberang.

"Iya, Bu.. nanti Naya langsung ke sana saja berarti.." kata Naya.

"Baik, nak. Jangan kecewakan bapak dan ibu.. Jangan sampai tidak datang ya, nak.." kata ibu mengingatkan Naya.

"InsyaAllah, Bu.." jawab Naya.

"Ya sudah, ibu tutup teleponnya. Ini mau masak buat bapak dan adikmu.. Assalamu'alaikum" tutup ibu.

"Wa'alaikumsalam, Bu.." jawab Naya sambil merenungi perkataan ibu.

***

"Aku tadi ketemu Brama.." kata Rara begitu bertemu Sarah dan Naya.

"Terus?" tanya Sarah.

Sarah masih sedih dengan berakhirnya hubungannya dengan Brama. Bahkan ketika dia kirim WA kepada Brama untuk menanyakan sebab putusnya, tapi sama sekali tak dibalas oleh Brama.

"Aku marahi dia. Sebal sekali aku sama dia.." lanjut Rara menggebu-gebu.

Tak terasa Sarah menangis lagi. Sedih rasanya.

"Dia bilang apa, Ra?" tanya Naya.

"Gak bilang apa-apa. Cuma diam saat aku marah-marah.. Lalu dia pergi.." jawab Rara dengan emosi.

"Ya sudah, Sar. Lupain saja dia.. Ada yang jauh lebih baik daripada dia.." hibur Naya saat Sarah masih menangis.

"Iya, Nay.. semoga aku kuat.." kata Sarah.

Mereka bertiga akhirnya terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Aku Jumat besok pulang, Sar, Ra.." kata Naya memecah keheningan.

"Ngapain, Nay? Tumben belum ada satu bulan sudah pulang?" tanya Rara penasaran.

"Ibu dan bapak menyuruh aku pulang. Gak ngerti.. Mau diketemuin sama keluarga dari teman bapak.." jawab Naya.

"Wahhhh.. Apa bener yang kamu bilang kalau kamu mau dijodohin, Nay?" tanya Sarah dengan suara parau.

Naya hanya mengangkat dua bahunya. Dia sebenarnya masih ragu untuk ketemu dengan keluarga teman bapaknya. Tapi apa boleh buat. Apa yang akan terjadi ya pasti terjadi. Cepat atau lambat.

"Semoga keluarga dari teman bapakmu baik, Nay.." kata Rara memberikan semangat untuk sahabatnya itu.

Rara tahu, pasti Naya sebenarnya tidak mau dengan adanya perjodohan itu. Naya yang paling muda di antara mereka bertiga tapi cerdasnya luar biasa. Pasti yang mendapatkannya sangat beruntung. Dan sebenarnya lebih pantas Naya mencari jodohnya sendiri, tidak dijodohkan seperti itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar