Minggu, 26 November 2023

Naya

Bagian 6

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16.45 WIB. Naya masih dalam perjalanan menuju resto seafood dekat kantor bapaknya. Ibunya sudah telepon berulang kali, mengingatkan jangan sampai telat datang. Naya hanya mengiyakan ucapan ibunya.

Begitu juga dengan Brama. Dia selalu dipantau oleh mamanya. 

"Iya, ma. Ini masih lima belas menitan sampai TKP.." jawab Brama ketika menerima telepon dari mamanya.

"Bram tutup teleponnya, ma. Bahaya menerima telepon saat nyetir. Nanti gak jadi sampai situ malah mama yang bingung.." lanjut Brama sambil menutup telepon mamanya.

***

Jam 17.00 WIB 

Brama telah sampai di resto seafood. Dia memarkir mobilnya, kemudian keluar dari kemudi mobilnya.

Kemudian dia menuju lobi resto. Resto terlihat agak ramai. 

"Mbak, ruang VIP sebelah mana ya?" tanya Brama kepada resepsionis resto.

"Mas lurus saja, kemudian nanti belok kanan. Nah di sebelah kanan itu ruangannya.." jawab resepsionis itu ramah.

"Terima kasih, mbak.." kata Brama.

Kemudian Brama menuju ruang yang telah ditunjukkan resepsionis itu. Tak seberapa jauh jaraknya dari lobi resto.

"Nah, itu dia Brama.." seru mama melihat Brama masuk ke ruang VIP itu.

Semua mata tertuju pada Brama. Dengan langkah percaya diri Brama langsung menuju ke arah mama, papa dan teman papa mamanya. Brama menyalami mereka dan tersenyum.

"Waduh, ganteng juga Brama sekarang. Pangling om, Bram.." kata lelaki, sahabat papanya itu.

"Iya, Rif. Tambah ganteng kan anakku? Hahaha.." timpal Pras, papa Brama.

"Kamu tidak ingat sama om dan tante?" tanya sahabat papanya itu.

"Maaf, om. Saya lupa. Om dan Tante siapa ya?" tanya Brama.

"Ya Allah.. Bram, Bram. Ini om Arif dan Tante Mira.." seru Mina, mama Brama.

"Ya Allah. Maaf om, Tante..." kata Brama.

"Tidak apa-apa. Memang sudah lama tidak ketemu, pasti kamu juga pangling sama kami berdua.." kata Tante Mira sambil tersenyum.

"Aduh, anak Tante malah belum sampai ini. Padahal sudah Tante ingetin supaya gak telat sampai sini.." kata Tante Mira sambil ngecek handphone.

"Ya udah, kita ngobrol-ngobrol dulu. Tidak usah diburu-buru si Nay.." sahut mama Mina.

Brama hanya diam. Tak tahu harus ikut bercerita apa dengan mereka. Yang dia tahu hanyalah dia ternyata dijodohkan dengan anak Tante Mira dan om Arif. Mereka tetanggaan saat di kampung dulu.

Dan yang dia tahu, anaknya Tante Mira dan om Arif yang mau dikenalkan bernama Nay. 

"Hei, seperti pernah denger nama itu?" batin Brama.

"Ah, yang bernama Nay mungkin banyak, tak hanya teman dari Sarah.." batinnya lagi.

"Dia pernah kuliah di luar negeri, tapi ya gitu. Pokoknya aku larang dia deket sama perempuan lain.." cerita Mina dengan semangatnya. Brama hanya diam mendengar celotehan mamanya.

Tak berapa lama kemudian pintu ruang VIP itu terbuka.

"Maaf Bu, pak.. Naya terlambat.." seru seseorang dari pintu.

Brama terhenyak mendengar suara itu. Naya, benarkah dia orangnya? 

Tapi Brama tak ikut menengok ke arah pintu sementara mama dan papanya ikut melihat ke arah pintu.

"Maaf.. Tadi Naya berusaha tidak telat.." kata Naya sembari bersalaman dengan bapak dan ibunya. Naya lalu bersalaman dengan teman bapaknya. Dan Naya terlihat syok ketika di depannya ada Brama.

Naya berusaha tak memperlihatkan kekagetannya. Begitu juga dengan Brama.

"Ini Tante Mina dan om Pras, Nay.." kata ibu mengenalkan Naya kepada teman bapaknya.

"Dan ini Bram, anak mama dan papa.." kata Tante Mina sambil mengenalkan putranya itu.

Naya dan Brama bersalaman. Dan hanya terdiam.

"Ayo, duduk dulu.. Di sini.." kata ibu Naya. Naya duduk tepat di samping ibunya. Dan tepat di depan Brama.

Suasana hening. 

"Ayo. Kita makan dulu.. Kok malah jadi diem semua.." suara ibu Naya memecah keheningan.

***

Naya menatap di kejauhan. Hanya cahaya lampu yang bertebaran di malam ini, menambah keelokan malam hari. Naya izin keluar dari ruang VIP setelah selesai makan.

"Jadi ini yang mau dijodohin sama kamu?" Terdengar suara tak asing itu di dekatnya. Ya, suara Brama. Ternyata dia ikut keluar.

"Saya mau ke dalem.." ucap Naya begitu tahu Brama di tempat yang sama dengannya saat ini. Dia segera beranjak dari duduknya.

"Tunggu.. kita bisa bicara sebentar, kan?" kata Brama. 

Naya yang sudah melangkahkan kakinya akhirnya berhenti.

"Duduklah di sini.." kata Brama.

"Mau bicara apa?" tanya Naya agak dongkol.

Brama tersenyum melihat Naya yang agak uring-uringan.

"Kamu kenapa? Harusnya seneng kan ketemu sama calon suami? Aku saja seneng ketemu calon istriku.." Kata Brama sambil tersenyum.

Naya menarik nafas dalam-dalam. Rasanya ingin memarahi laki-laki di depannya.

"Saya belum mengiyakan tentang perjodohan ini, kan? Jadi kamu jangan terlalu PD ngomong kaya gitu.." jawab Naya sewot.

"Lagipula kamu bohongin om dan Tante juga, kan? Bilang gak pernah deket sama cewek, eh ternyata malah nyakitin cewek.." lanjut Naya.

Brama menatap perempuan di depannya. Cantik meski dalam keadaan marah.

"Aku hanya deket sama temenmu dan belum ada ikatan resmi, kan? Atau kamu cemburu nih karena pernah deket sama temenmu?" tanya Brama.

"Ah, sudahlah.. Kamu harus tanggung jawab ke temenku.. Dia nangis-nangis kamu putusin tiba-tiba.." kata Naya.

"Aku sudah selesai sama dia, Nay. Jujur aku memikirkan ucapanmu tentang perjodohan. Aku belajar dari kamu.. Akhirnya aku setuju untuk dijodohkan. Dan seharusnya memang aku setuju sejak sebelum ketemu dengan kamu.."

Naya hanya diam. Malas rasanya mendengar laki-laki di hadapannya.

Suasana hening. Perasaan Naya berkecamuk. 

"Oh iya, bisa minta nomer handphone nya, Nay.."

Tak ada jawaban dari Naya.

"Ok, ini kartu namaku. Kamu bisa hubungi aku setiap saat.." kata Brama sambil menyerahkan kartu namanya.

"Simpan baik-baik.." lanjut Brama.

"Ehemmm.. cieee.. asyik berdua nih.." kata Mina, mama Brama.

Mira, Pras, Arif dan Mina menghampiri mereka berdua.

"Ganggu gak nih kami?" lanjutnya.

"Eh, Tante.. Enggak kok, Tan..." Jawab Naya.

"Panggil mama, sayang. Jangan Tante.." kata Mina sambil tersenyum.

Naya hanya nyengir. Sementara Brama tersenyum melihat Naya yang grogi dengan permintaan mamanya.

"Yuk pulang dulu, Nay.." ajak Mira, ibu Naya.

"Ah Mir, apa mungkin kita pulang duluan saja? Biarin mereka berduaan, biar saling mengenal.." kata Mina.

"Enggak, tan. Eh, ma.. Saya pulang sama ibu dan bapak.." jawab Naya. Naya segera beranjak dari duduknya.

Akhirnya mereka keluar bareng. Brama menggelengkan kepalanya saat melihat kartu namanya masih ada di atas meja.

"Hei, sayang. Ini bawa.." kata Brama sambil menyerahkan kartu namanya kepada Naya. Naya melotot mendengar kata-kata Brama. Mau tak mau Naya akhirnya menerima kartu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar