Sabtu, 11 November 2023

Naya

 Bagian 5

"Jangan lupa nanti ya, Nay.. Bapak dan ibu menunggu kamu di resto seafood dekat kantor bapak.."

WA ibu masuk Jumat pagi ini. Jujur Naya merasa dad dig dug dengan apa yang akan dialami nanti sore.

"Ya, Bu.." jawab Naya singkat.

Naya harus pergi ke kampus pagi ini. Kuliah dua mata kuliah. Jam 09.00 dan jam 11.00.

Di lain tempat, di sebuah rumah mewah Brama juga harus bersiap pergi ke kantornya. Pagi ini dia harus memimpin meeting dan bertemu beberapa rekan bisnisnya.

Brama mengambil handphone. Dibuka pesan dari mamanya.

"Nanti sore jangan lupa, Bram. Jangan ngecewain mama dan papa. Malu kalau kali ini kamu tidak mau datang lagi.."

Pesan mamanya pagi itu membuat Brama galau. Memang dia sudah setuju untuk dijodohkan dengan pilihan mama dan papanya. Sampai-sampai dia harus putus dari teman dekatnya, Sarah.

"Ya, ma.. Tak usah khawatir.." jawab Brama singkat.

Kemudian Brama menyelesaikan sarapannya. 

"Mbok, nanti tolong simbok dan mamang tidur di sini dulu ya.. Sore ini saya mau ke rumah mama dan papa.." kata Brama kepada mbok Prih, pembantu di rumahnya.

"Ya, den. InsyaAllah nanti saya dan mamang nginap di sini.." jawab mbok Prih.

"Ya sudah, saya berangkat ke kantor dulu. Saya langsung ke rumah mama dan papa nanti.." kata Brama lagi seraya bangkit dari meja makan dan menuju ke mobilnya.

***

Di kampus, Naya mengikuti mata kuliah dengan pikiran kemana-mana. Tak seperti biasanya. Apalagi ibunya terus mengirim WA ke handphone Naya. 

Ibu mengirimkan foto tempat pertemuan nanti sore. Sebuah bangku yang sudah disiapkan sejak pagi oleh ibunya. Tepatnya dibooking oleh ibu dan bapaknya.

Naya berusaha menyimak kuliah hari itu dengan perasaan tak menentu. Ingin rasanya segera berakhir kuliah hari itu.

Sementara di kantor perusahaan Brama, Brama juga sedang meeting dengan salah satu perusahaan besar. Dan siangnya juga bertemu dengan rekan bisnisnya di sebuah resto dekat kantornya.

Handphone tak dia pegang. Karena dia tahu, sejak pagi mamanya terus menerus mengingatkan Brama akan janjinya sore nanti. Bahkan daftar panggilan dari mamanya juga sudah puluhan jumlahnya. Sementara tak diangkatnya. 

Dia ingin fokus dengan pertemuan dengan rekan-rekan bisnisnya. Sementara pertemuan dengan keluarga dari teman mama dan papanya sudah dipikirkan mama dan papanya. Setidaknya itu pikir Brama.

***

Siang harinya, setelah kuliah berlalu Naya segera menuju kosnya. Dia istirahat sejenak, untuk mempersiapkan perjalanan dua jam menuju tempat pertemuan dengan keluarga dari teman bapaknya.

Naya tertidur. Terlihat nyenyak. Ya, karena semalam dia merasa sulit untuk tidur. 

Tak terasa jam sudah menunjukkan waktu jam setengah tiga. Naya terbangun dan tersadar akan janjinya kepada kedua orang tuanya. Naya segera beranjak menuju kamar mandi.

Sementara Brama masih di kantor. Dia masih asyik dengan berkas-berkas yang harus ditandatangani. Dia menarik nafas sejenak. Lalu mengambil handphone.

Banyak sekali pesan dari mamanya. Bahkan pesan dari papanya.

"Jam lima harus sudah sampai di resto seafood lho, Bram.. Jangan pakai telat.. Apalagi tidak datang.." 

Pesan dari mamanya. Papanya pun mengirim pesan yang sama. Ah, mungkin pesan dari papa juga ditulis oleh mamanya.

"Ya ma, pa.. Bram langsung ke TKP.." balasnya singkat. Dan pesan itu dikirim ke nomor dua orang tuanya.

Brama segera merapikan meja kerjanya. Berkas dibiarkan tertumpuk rapi. Biasanya pagi hari baru diambil oleh anak buahnya.

Brama segera beranjak dari meja kerjanya. Kemudian dia menuju kamar mandi di dalam ruang kerjanya. Dia mandi dengan pikiran tak menentu.

Jujur, sejak dia bertemu dengan sahabat mantan pacarnya, dia terbuka dengan adanya perjodohan. Makanya dia setuju untuk bertemu dengan calon istri yang dipilihkan kedua orangtuanya.

Tak ada salahnya membahagiakan kedua orangtuanya. Dengan begitu dia akan bahagia juga. Ya, dengan melihat kedua orangtuanya tersenyum jika dia menikah.

***

Jam tiga sore, setelah shalat Asar, Naya segera menuju mobil grab pesanannya. Tak mungkin dia mengendarai motornya sendirian sore ini. Apalagi dia masih merasakan capek.

Dia segera masuk ke dalam mobil pesanannya dan menunjukkan sebuah tempat ke bapak sopir. Sopir itu sudah lumayan sepuh. Mungkin seusia bapaknya.

Mobil melaju pelan. Naya hanya menikmati pemandangan di luar jendela. Masih ada waktu untuk sampai tepat waktu.

"Naya sudah otw, Bu.." Naya memberi kabar kepada ibunya.

"Alhamdulillah... Kamu naik apa?" tanya ibu lewat WA.

"Nge-grab, Bu.."

"Naya agak capek kalau harus mengendarai motor.."

Dua pesan itu dikirim ke ibunya. Tak ada jawaban dari ibunya. Akhirnya Naya tertidur di dalam mobil.

Sementara Brama segera menuju mobil kesayangannya setelah shalat Jumat usai. Dia melajukan mobil. Dia melajukan mobil sambil merenung.

Memang dia masih terus dihubungi oleh Sarah. Menanyakan ini itu. Mengatakan kalau masih sayang. Dan sebagainya. Tetapi Brama tak menanggapi apapun. Dia tak mau memberikan harapan untuk Sarah.

Dia juga tak ingin menyakiti kedua orangtuanya. Tak ingin mengecewakan mereka berdua. Toh nanti dia akan kembali kepada keluarganya, bukan kepada teman atau siapapun.

Sepanjang perjalanan, Brama memantapkan hatinya untuk mau berusaha mencintai dan menyayangi wanita pilihan kedua orangtuanya jika menikah nanti. Tak mau ada bayang-bayang masa lalu lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar