Selasa, 19 Desember 2023

Naya

Bagian 9

Dia Calon Istriku


"Hai, Nay.." sapa Rara. Saat itu mereka di rumah Sarah.

"Hai, Ra.." sahut Naya sambil cipika cipiki.

Tampak Sarah masih sedih.

"Brama bener-bener tidak membalas WA-ku, Nay, Ra.." kata Sarah sedih.

Naya hanya terdiam. Dia bingung harus berkata apa.

"Sabar, Sar.. Lupain saja dia.. Cowok gak hanya satu orang, kan.." kata Rara.

"Iya kan, Nay?" Tanya Rara kepada Naya.

Naya menganggukkan kepalanya.

"Iya, Sar. Kalau dia sayang kamu, dia gak akan ninggalin kamu.." kata Naya pada akhirnya.

"Iya, Nay.." kata Sarah singkat.

"Eh, btw gimana nih. Udah ketemu sama calon suami?" tanya Rara kepada Naya.

Naya agak terkejut mendengar pertanyaan Rara. Dan dia hanya tersenyum kecil.

"Idih.. pake rahasia rahasia-an sekarang.. sampe gak cerita ke kita.." sahut Sarah menimpali.

"Oh itu.. Nanti saja kalau bener jadi saja aku cerita ke kalian.." jawab Naya sekenanya.

"Ok lah kalau begitu.. kita makan-makan dulu saja kalau gitu.." kata Rara.

Lalu mereka menikmati makanan yang sudah disiapkan Sarah.

Kring.. kring...

Tiba-tiba handphone Naya berbunyi. Naya segera mengambil dari dalam tasnya. Dilihatnya nama Brama. Naya segera me-reject telepon dari Brama.

"Eh.. Kok gak diangkat sih, Nay? Siapa yang telepon?" tanya Rara kepo.

"Calon suami, ya? Cieeee..." Lanjut Rara menggoda Naya.

"Ah, bukan. Udah lah.. kita mau makan-makan kan ini?" Kata Naya mengalihkan pembicaraan.

Sementara di kantor Brama.

"Kok di reject sih.. Lagi apa dia.." batin Brama.

"Sayang, kok tidak diangkat teleponnya?" Tulis Brama.

Masih centang satu.

"Nanti aku ke kos kamu.. nanti kita lihat-lihat cincin untuk pertunangan kita.." tulis Brama lagi.

Naya yang sedang memegang handphone rasanya ingin memarahi Brama.

"Saya tidak bisa. Saya lagi bareng Sarah dan Rara.." balas Naya.

"Nanti aku tunggu di depan kos, sayang.." balas Brama.

Naya menarik nafas panjang.

"Aku tunggu sampai kamu datang.." lanjut Brama.

***

"Aku pulang duluan ya, Sar, Ra.. Takut nanti dimarahi ibu kos.. Hehehe.." pamit Naya.

"Yah.. Bener nih kamu gak mau tidur di sini?" tanya Sarah.

"Maaf ya, Sar. Lain kali aku tidur di sini kok.." sahut Naya.

"Mmmm... Pasti janjian sama calon suami nih ya.. Ehemmm..." goda Rara.

"Gak kok, Ra.." jawab Naya singkat.

Pada akhirnya Naya-pun pulang ke kos. Dia merasa letih dengan apa yang dia hadapi. Brama sejak tadi terus menerus WA, meski Naya sudah membalas untuk tidak menghubunginya dulu. 

Naya melajukan motor kesayangannya dengan pelan. Dia hanya berharap, hari ini dia tidak bertemu dengan Brama.

Tak berapa lama, akhirnya Naya sampai di kos. Dia memasukkan motor ke pekarangan kos.

"Assalamu'alaikum, sayang.." sapa seseorang. Naya mengernyitkan dahi sambil menarik nafas panjang. Lalu membalikkan tubuhnya ke arah Brama yang sudah ada di belakangnya sejak tadi.

"Wa'alaikumsalam. Mau ngapain kamu ke sini? Bukannya aku bilang besok saja ketemuannya?" protes Naya dengan sebalnya.

Brama hanya tersenyum. 

"Aku sudah minta izin sama ibu kos kok, sayang. Dan ibu kos ngizinin ngajak kamu keluar sebentar.." sahut Brama dengan lembut setengah berbisik.

Naya syok mendengarnya.

"Yuk. Keburu sore lho, yang.."

Mau tak mau Naya akhirnya ikut Brama yang entah mau mengajak kemana.

"Seat belt-nya, yang. Apa perlu aku yang memasang untuk kamu?" kata Brama.

Naya hanya diam.

"Saya bisa memasang sendiri. Terima kasih.." sahut Naya.

"Sama-sama, sayang.." kata Brama sambil tersenyum.

Naya menghela nafas.

"Tak bisakah kamu tidak memanggilku sayang? Namaku Naya.." kata Naya.

Brama tersenyum kecil.

"Tidak bisa, sayang. Aku suka memanggil kamu sayang.." 

"O ya? Sudah berapa banyak perempuan yang kamu panggil sayang? Gampang banget kamu memanggil seenaknya kaya gitu.." 

"Mm.. Cuma kamu, yang.."

"O ya? Terus Sarah?"

"Ya, Sarah. Kenapa? Kamu cemburu, yang?" goda Brama.

Naya hanya menahan marahnya. Bukan karena cemburu, tapi dia tahu hubungan Brama dengan Sarah.

"Sarah tadi cerita, kamu tidak membalas WA-nya.." kata Naya.

Tak ada sahutan apapun. Brama sama sekali tak menjawab pertanyaan Naya.

"Kita sudah sampai, yang. Ayo kita turun.."

Naya dan Brama pun akhirnya turun dan berjalan ke arah sebuah toko permata. Tampak beberapa pasang orang yang di sana. Mungkin mau pesan cincin pernikahan.

Tiba-tiba Brama menggandeng tangan Naya. Naya berusaha menepisnya. Tapi Brama tetap menggenggam erat tangan Naya.

"Selamat malam mas, mbak.." sapa seorang pelayan di toko itu.

"Selamat malam, mbak. Saya sudah janjian sama Wijaya.." kata Brama. Naya hanya menoleh sebentar ke arah Brama. Dia merasa Brama tidak sopan banget memanggil orang sembarangan.

"Oh, ya. Mas Wijaya sudah menunggu di dalam. Silakan mas, mbak.." kata pelayan itu sembari mengantar Naya dan Brama ke sebuah ruangan.

"Hai, Bram. Akhirnya datang juga kau.." seru seseorang dari dalam. Mereka bersalaman dan berpelukan khas laki-laki.

"Iya, Jay. Aku butuh kamu sekarang.." kata Brama.

"Ah, kau. Butuh aku atau butuh dibantu, ha?" tanya Jay.

"Hei, siapa gadis cantik ini. Kau tak mau mengenalkan dia, ha?" lanjut Jay.

"Oh, iya. Dia Naya, calon istriku.." kata Brama. Naya hanya memandang dengan pandangan protes ke arah Brama. Brama hanya tersenyum melihat tatapan Naya.

"Ah, cantik kali kau Nay. Kenapa mau sama manusia macam dia?" kata Jay sembari menyalami Naya.