Selasa, 28 November 2023

Naya

Bagian 8

Terima kasih, Sayang


 "Naya sudah balik ke kos, nak.. Tadi pagi.." kata ibu Naya saat Brama datang ke rumahnya.

"Apa Naya tidak kasih kabar nak Brama?" Lanjut ibu Naya.

"Oh.. tidak, Bu. Mungkin Naya lupa.." jawab Brama.

"Ya sudah, Bu.. Saya langsung balik saja.. Nanti saya ke kosnya Naya saja.." pamit Brama.

Brama tak habis pikir dengan Naya. Sudah beberapa hari bertemu tapi Naya tak kunjung menghubungi Brama. Sampai-sampai Brama harus ke rumah Naya untuk sekedar bertemu sebentar.

Ya, Brama paham dengan apa yang dilakukan Naya. Di satu sisi, mungkin Naya menganggap dirinya mengkhianati Naya karena memang sejak awal Brama tahu bahwa dia akan dijodohkan. Tetapi pada kenyataannya dia malah sempat dekat dengan seorang perempuan, yang kebetulan itu sahabat Naya.

Di sisi lain mungkin Naya merasa tidak mau menyakiti Sarah, sahabatnya. Karena Naya tahu bagaimana keadaan Sarah saat diputus.

Brama segera melajukan mobilnya menuju rumah mamanya.

"Ma, Brama balik ke villa.." kata Brama begitu sampai rumah mamanya.

"Lho.. lho.. lho.. Kok tiba-tiba mau balik sih, Bram?" Tanya mama Brama.

Brama segera mengambil koper di kamarnya.

"Lho.. mana Naya, Bram? Katanya mau ngajak ke sini? Sekalian mau kamu anter ke kosnya, kan?"

"Naya sudah balik ke kos tadi, ma.." jawab Brama singkat.

"Lhooo.. kok bisa? Apa kamu membuat dia marah?" Tanya mama Brama.

"Marah kenapa, ma?" Sahut Brama.

"Ya, kamu kalau ketemu sering menggoda dia kan? Aneh-aneh sih kamu.." omel mama Brama.

"Perlakukan seorang wanita layaknya wanita, Bram. Kaya papamu ke mama.. Jangan membuat seorang wanita merasa sebal dengan sikapmu.." lanjut mama Brama.

"Ya sudah, sana. Balik ke villa. Terus nanti sempetin ke kos Naya.. Minta maaf kalau kamu isengin dia.." 

"Lha, mama kok kaya ngusir Bram sih?" sahut Brama.

"Ya.. Bram balik dulu, ma.. mama gak nyuruh pun nanti aku ke kos Naya kok, ma.."

"Pamit dulu, ma.. pamitin ke papa.." kata Brama sembari mencium tangan mamanya.

***

"Aku akan ke sini terus kalau kamu tidak memberi kabar, Nay.." kata Brama begitu ke kos Naya.

"Gak perlu. Apa kamu tidak bekerja?" Sahut Naya.

"Aku bisa ke sini setelah dari kantor, Nay. Kita harus membicarakan rencana pertunangan kita.." kata Brama.

"Ya sudah.. Aku WA kamu kalau sempet.." rajuk Naya. Biar bagaimanapun Naya tak mau Sarah atau Rara tahu calon suaminya. Karena dia pasti akan dimusuhi oleh dua sahabatnya itu.

"Kalau sempet?" tanya Brama.

Ditatapnya Naya yang masih saja cuek dengan kehadirannya.

"Ini.. Simpan nomer handphone kamu di sini.." kata Brama sambil menyerahkan handphonenya.

Naya hanya memandangi handphone Brama.

"Ayo.. tulis nomer handphone kamu, sayang.."

Dengan terpaksa Naya menuliskan nomor handphonenya di gawai Brama.

"Nih.." kata Naya singkat sambil menyerahkan handphone Brama.

"Terima kasih, sayang.." kata Brama.

"Sudah, kan? Pulang saja sekarang. Saya mau pergi.." usir Naya. Saat itu mereka di ruang tamu ibu kos.

"Hmmm.. Mau keluar? Ya ayok.. sekalian bareng saja. Aku mau kok nemeni kamu.." kata Brama sambil tersenyum.

***

"Kita makan dulu, Nay?" tanya Brama di dalam mobil.

"Mau makan apa? Seafood? Atau apa?" lanjut Brama.

"Terserah.." jawab Naya.

"Mmm.. Ok.. Ada resto yang recommended di depan. Kita makan di sana saja ya, yang.." kata Brama.

Naya hanya diam. Rencana dia untuk menghindari Brama akhirnya malah berakhir seperti ini.

"Nah, sudah sampai.." kata Brama begitu sampai di parkiran resto. Terlihat resto yang kemungkinan besar hanya untuk orang berduit.

"Ayo, yang.." ajak Brama sambil membukakan pintu mobil untuk Naya.

Naya segera keluar dari dalam mobil Brama. Naya melihat sekeliling resto. Kemudian dia berjalan menjauh dari resto itu.

"Hei, mau ke mana sayang?" Brama mengejar Naya. Dia berjalan menyejajari Naya.

"Cari makan lah.." sahut Naya cuek.

Tampak di depan ada sebuah warung kaki lima. Tertera tulisan pecel lele, ayam geprek dan sebagainya. Naya masuk ke tenda warung itu.

"Bang, pecel lelenya satu. Teh panasnya satu ya.." kata Naya ke abang-abang penjual.

"Baik, mbak. Silakan duduk dulu.."

Naya segera duduk lesehan di warung tenda itu.

"Kamu mau makan di resto itu, kan? Udah, sana pergi sana.." kata Naya ketus.

Brama menarik nafas panjang.

"Bang, pecel lele dan teh panasnya tambah satu.." kata Brama kepada Abang penjualnya.

"Baik, mas. Silakan ditunggu pesanannya.. Akan segera kami proses.." jawab Abang penjual.

Naya dan Brama hanya diam ketika menunggu pesanan makanannya. Naya terlihat memainkan handphone nya.

"Hai, sayang.."

Sebuah pesan masuk ke handphone Naya. 

"Apaan?" Omel Naya ke Brama.

"Aku mulai sayang kamu lho, yang.." tulis Brama.

Naya manyun. Dia sebal sekali.

"Sarah bilang kamu tidak bales WA-nya.." tulis Naya.

"Nanti kita pulang agak malem ya, yang. Aku pengen ajak kamu jalan.." tulis Brama mengabaikan WA Naya yang membahas tentang Sarah.

Naya akhirnya me-non aktifkan handphone nya.

"Nah, gitu. Kita bisa sambil ngobrol kan, kalau tidak pegang handphone.." kata Brama sambil tersenyum.

Naya tak menanggapi Brama. Brama hanya bisa menatap Naya.

"Ini pesenannya mbak, mas.." Abang penjual meletakkan satu bakul nasi, dua piring, lele goreng, sambal bawang dan lalapannya. Dan juga teh panas.

"Makasih, bang.." kata Naya.

Naya langsung mengambil nasi panas dari bakul. Lalu mengambil lele goreng dan lalapan serta sambal bawang.

"Tolong ambilin dong, yang.." kata Brama seraya menyodorkan piring kosong kepada Naya.

Naya melotot mendengar permintaan Brama.

"Latihan jadi istri, yang.." kata Brama sambil senyum-senyum.

Naya gusar. Apalagi Brama bicara agak keras. Sampai Abang penjual menengok ke arah mereka berdua. Akhirnya mau tak mau Naya mengambilkan nasi untuk Brama.

"Terima kasih, sayang.." kata Brama.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar