Senin, 27 November 2023

Naya

Bagian 7

Aku Akan Jemput Kamu


Tok tok tok..

Terdengar suara pintu diketuk di pagi yang cerah ini. Naya baru saja selesai makan dan mencuci piringnya.

"Assalamu'alaikum.." terdengar suara di balik pintu.

"Wa'alaikumsalam.." jawab Naya setengah berteriak.

Setelah mengelap tangannya, Naya segera membukakan pintu.

"Assalamu'alaikum, sayang.." 

"Wa'alaikumsalam, Tante.." jawab Naya.

"Panggil mama dong, sayang.." sahut tante Mina.

"Eh.. Iya.. Mari silakan masuk, Tan.. eh, ma.." kata Naya mempersilakan Tante Mina masuk.

"Terima kasih, sayang.." sahut tante Mina.

"Aku dipersilahkan masuk gak ni, yang.." kata Brama menggoda Naya.

Naya melotot mendengar godaan Brama.

"Kamu tidak usah masuk.." sahut Naya.

"Wah, ini.. Kamu mau berduaan sama aku di luar, sayang?" goda Brama lagi.

Naya tak menjawab. 

"Masuk..." kata Naya mempersilakan Brama.

"Terima kasih, sayang.." kata Brama sambil tersenyum.

Naya merasa sebal dengan kelakuan mantan kekasih Sarah, sahabatnya.

"Brama, jangan menggoda Naya terus ah.." kata Tante Mina. Brama hanya tertawa kecil.

Kini mereka sudah berada di ruang tamu. 

"Sebentar ya, ma.. Naya panggilkan ibu. Kalau Bapak belum pulang jam segini, ma.." kata Naya seraya pergi ke belakang mencari ibunya.

Tak berapa lama.

"Wah, ada tamu ni.. Gimana kabarnya, mbak Mina, Brama?" sambut ibu Naya seraya menyalami kedua tamunya.

"Aduh.. Kok tamu sih, Mir. Kita ini sebentar lagi besanan lho.." protes Tante Mina.

"Haha.. Iya, mbak Mina.."

"Ini kebetulan kami mampir, tadi dari rumah neneknya Brama. Sekalian mau melihat keadaan calon mantu.." kata Tante Mina ceplas ceplos.

"Uhuk.. uhuk.."

Naya yang tengah menyuguhkan air minum teh panas jadi tersedak mendengar celotehan Tante Mina.

"Kenapa, Nay? Kamu sakit?" tanya Tante Mina.

"Eh.. Tidak, Tan.." jawab Naya.

"Aduh. Kok Tante lagi manggilnya sayang?" Protes Tante Mina.

Naya hanya bisa nyengir.

"Panggil mama, sayang.. Aku saja manggil ibu dan bapak lho ke bapak ibu.." sahut Brama sambil tersenyum.

Naya lagi-lagi melotot ke arah Brama. Brama tertawa kecil melihat tingkah calon istrinya.

"Silakan diminum, ma.." kata Naya akhirnya, ya daripada diprotes lagi sama mamanya Brama.

"Saya permisi dulu ya, ma.." pamit Naya.

"Lhoo.. Mau kemana, sayang?" Tanya Tante Mina.

"Mau ke depan, ma. Nyirami bunga dulu.. Permisi ya, Bu, Ma.." pamit Naya.

***

"Kamu kok tidak mengajak calon suami untuk nyiram bunga, Nay.." kata Brama yang tiba-tiba sudah di belakang Naya yang sedang asyik menyiangi bunga di pot-pot kecil. Naya tak menyahut.

"Sini, aku bantu.." kata Brama lagi seraya meraih semprotan kecil dari tangan Naya.

Naya hanya menghela nafas. Entah bagaimana perasaan Naya saat ini. Andai Sarah tahu kalau orang yang dijodohkan dengannya adalah Brama. Entah akan seperti apa marahnya Sarah.

"Malah melamun.. Iya, calon suamimu ini ganteng banget. Tapi jangan kaya gitu, sayang.." ucap Brama.

Naya sama sekali tak menanggapinya.

"Gimana kabar Sarah?" tanya Naya mengalihkan pembicaraan.

Brama hanya diam mendengar pertanyaan Naya.

"Dia sayang banget sama kamu.." lanjut Naya seraya melihat mimik wajah Brama.

"Kita tidak sedang membahas itu, Nay. Kita bahas tentang perjodohan kita saja.." Ucap Brama.

"Perjodohan? Sebentar.. Tante cerita kan waktu itu, kamu tidak pernah deket sama perempuan?" tanya Naya sengit.

Brama hanya diam, menatap perempuan di depannya.

"Bisa-bisanya kamu bohong sama om dan Tante.." lanjut Naya.

Brama menarik nafas panjang. Dia tak ingin menyalahkan perempuan yang dijodohkan dengannya itu.

"Aku minta maaf kalau kamu menganggap ku mengkhianati kamu, Nay. Seharusnya kita bertemu sejak dulu. Tapi sungguh, kamu membuka mata hatiku tentang rencana perjodohan yang diatur orang tua kita.." ucap Brama dengan sabar dan hati-hati.

"Aku tahu kamu kecewa, padahal kamu sangat menghargai dan menghormati perjodohan ini sejak dulu. Jauh sebelum bertemu denganku. Aku minta maaf.."

Ya, Naya memang menjaga hatinya sejak ibu dan bapak menyampaikan perjodohan yang entah saat itu Naya tak tahu dengan siapa dia dijodohkan. Naya hanya tak mau mengecewakan ibu dan bapaknya.

Suasana hening. Naya melanjutkan merapikan pot-pot bunga di depannya tanpa berbicara lagi. Brama mencoba membantu, meskipun Naya menolaknya.

"Hei, sayang. Kompak amat.. Seneng mama liatnya.. Iya kan, Mir?" Ucap Tante Mina. Mira hanya tersenyum.

Naya juga hanya tersenyum menutupi kemarahannya. Brama juga hanya tersenyum.

"Ya udah, mama mau pulang dulu. Brama masih mau di sini? Mama bisa pulang duluan nih kalau kamu masih mau di sini.." kata Tante Mina.

"Tidak kok, ma. Mas Bram tadi bilang mau pulang bareng mama.." sahut Naya.

"Oh ya?" tanya Tante Mina sambil memandang Naya dan Brama bergantian.

"Iya, ma.." kata Naya.

"Iya kan, mas?" tanya Naya seraya menatap Brama dengan tajam.

"Iya, ma.. Mama sudah selesai sama ibu?" tanya Brama.

"Iya, sudah. Ya sudah, kita pulang dulu, Bram. Nanti papa nunggu kita.." kata Tante Mina.

"Ya sudah, kami pamit dulu ya, Mir.." pamit Tante Mina.

"Sayang, mama dan Bram pulang dulu ya.." kata Tante Mina sambil mencium kedua pipi Naya. Naya menganggukkan kepalanya.

"Saya pamit, Bu.." pamit Brama sembari menyalami ibu Naya.

"Aku pulang dulu, Nay.." kata Brama seraya menyalami Naya juga. 

"Kapan-kapan aku jemput kamu.." bisik Brama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar