Sabtu, 11 November 2023

Naya

Bagian 3

Jangan Mainin Perasaan Anak Orang


"Bram, kamu luangnya kapan? Kamu harus ketemu dulu sama calon istri yang papa mama pilihkan untuk kamu.." kata mama di pagi yang cerah.

Brama yang akan sarapan terhenyak dengan pertanyaan mamanya itu. Tak ada jawaban dari Brama. 

"Jangan mainin perasaan anak orang.." lanjut mamanya lagi.

"Mainin gimana, ma? Bram kan belum siap.." jawab Brama sembari menikmati sarapan paginya.

"Belum siap gimana? Usiamu berapa sekarang?" tanya mamanya lagi.

"Tiga puluh. Masih betah sendiri?" sahut papa Brama yang baru gabung untuk sarapan.

"Adikmu saja sudah punya anak. Apa yang kamu cari? Mama dan papa mencarikan jodoh untuk kebaikanmu. Toh anak ini baik kok.." lanjut papa.

Brama tetap diam. Memang adik perempuannya sudah menikah, bahkan sudah punya anak perempuan yang cantik. Usia enam bulan.

"Mama tidak mau tahu. Kalau kamu tidak segera memberikan waktu, mama akan maksa kamu untuk ketemu gadis itu.." kata mama.

"Beri waktu sedikit lah, ma. Ada yang harus aku selesaikan dulu.." jawab Brama.

"Oke, mama papa kasih waktu satu Minggu. Atau calon istri kamu diambil orang lain.." sahut mama.

***

Hari ini Sarah merasa bahagia sekali. Hari ini Brama mengajaknya bertemu lagi di sebuah resto. Setelah beberapa hari tak bersua.

Dan dia berdandan dengan cantiknya. Demi pacar tersayangnya. Dia mematut diri di depan cermin sambil tersenyum manis. Dilihatnya dirinya sangat cantik.

Setelah itu dia menuju resto tempat mereka akan bertemu. Sarah tiba di sana lebih dulu, karena Brama harus ada meeting terlebih dahulu di kantornya.

Sarah menuju sebuah meja kosong yang sudah dipesan oleh Brama. Meja yang hanya ada satu-satunya di ruang itu.

"Aku sudah sampai, yang.." tulisnya di WhatsApp-nya untuk Brama.

"Nay, Ra.. Aku hari ini gak bisa gabung dengan kalian ya.. Aku mau ketemuan sama mas Brama.." tulisnya di WhatsApp grup dengan dua sahabat karibnya itu.

Setelah mengirim pesan itu Sarah memesan minuman untuknya, sambil menunggu Brama. Lima belas menit kemudian pelayan resto mengantar minuman untuknya.

Sarah meminum minumannya sambil sesekali melihat layar handphone-nya. Siapa tahu ada pesan masuk dari Brama.

"Cieee.. yang mau ketemuan.. sampai gak mau ketemu sama kita.." pesan dari Rara masuk.

"Rara, jangan ganggu Sarah lah kita.." pesan masuk dari Naya menimpali pesan Rara.

"Hahaha.." hanya itu yang ditulis Sarah menanggapi dua sahabatnya itu.

Tak berapa lama terlihat Brama menuju ke arah Sarah. Sarah tersenyum melihatnya. 

Brama segera duduk di depan Sarah. Lalu memanggil pelayan resto, memesan minuman dan juga makan.

"Kamu makan apa?" tanya Brama kepada Sarah.

"Sama seperti kamu saja, yang..." jawab Sarah.

"Oh, ok.. makannya dua porsi ya, mbak.." kata Brama kepada pelayan resto.

"Baik, mas. Pesanan akan segera kami antar.." kata pelayan itu.

Pelayan itu segera pergi. Brama dan Sarah masih sama-sama diam.

"Yang, aku kangen kamu deh.. Alhamdulillah kamu pengertian banget, ngajak ketemuan.." kata Sarah memecah keheningan.

Brama hanya tersenyum mendengar Sarah. Tak menanggapi perkataan Sarah. 

"Kamu kenapa, yang? Kok lebih banyak diemnya sekarang? Di WA belum tentu bales juga. Ditelepon juga belum tentu diangkat.." tanya Sarah.

Belum sempat menjawab makanan yang dipesan diantar oleh pelayan resto.

"Kita makan dulu ya.. Nanti saja ngobrolnya, setelah selesai makan.." kata Brama sambil mengambil makanannya.

Akhirnya Sarah ikut makan. Sambil sekali-kali memandang wajah Brama. Dia tak menyangka dia bisa pacaran sama Brama yang usianya kurang lebih tujuh tahun di atasnya.

***

Selesai makan.

"Kita mau ngobrol apa, yang?" tanya Sarah kepada Brama.

Sarah merasa heran dengan Brama akhir-akhir ini. Dia merasa Brama berubah, entah karena kesibukan atau apa.

"Sar.. Kamu masih muda banget.." kata Brama memulai percakapan.

"Maksudnya?" tanya Sarah tak mengerti.

"Sar, kamu bisa dapetin lelaki yang jauh lebih baik daripada aku.. Yang usia tak jauh dari kamu.. Aku takut tak bisa bahagiain kamu.." lanjut Brama dengan hati-hati.

"Maksud kamu apa, yang? Aku bahagia kok sama kamu.. Aku gak malu punya pacar yang usia jauh di atas aku.." sahut Sarah. Perasaan Sarah tak menentu mendengar Brama bicara seperti itu.

"Maafin aku ya, Sar. Aku tidak bisa ngelanjutin hubungan kita. Aku merasa tak pantas untuk kamu.. Kamu bisa dapetin kekasih yang pasti akan selalu ngertiin kamu.. Tidak seperti aku.." kata Brama lagi.

Sarah terhenyak mendengar kata putus dari Brama. Air mata menetes di pipinya.

"Tidak usah menangis, Sar. Aku tidak pantas kamu tangisi.. Aku yakin kamu akan mendapatkan kebahagiaan bersama orang yang benar-benar menyayangi kamu.." kata Brama menenangkan Sarah.

Brama memang beberapa hari ini mencari cara untuk memenuhi permintaan papa mamanya. Dijodohkan dengan wanita lain, yang itu entah siapa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar